MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Abstract

Sejak TB ditetapkan sebagai salah satu kedaruratan dunia oleh WHO di tahun 1993, pemerintah Indonesia terus mengembangkan strategi pengendalian TB. Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Strategi penemuan kasus TB  yang digunakan adalah passive case finding. (penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif). Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan dengan didukung oleh kegiatan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka  pasien TB. Meskipun pemerintah terus mengembangkan berbagai upaya dalam pengendalian TB,  namun penemuan kasus TB pada beberapa daerah masih sangat rendah dan tidak memenuhi target yang ditetapkan. Kondisi ini juga terjadi di propinsi Sumatera Barat, dimana penemuan kasus TB sampai tahun 2014 baru mencapai 63,97%.  Artinya sangat sulit untuk mencapai target 90 % pada tahun 2015. Bahkan capaian penemuan kasus TB di kabupaten limapuluh kota sampai tahun 2014 baru mencapai 35,2%  data ini terendah dari semua kabupaten/kota di propinsi Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang berbagai faktor sosial budaya yang terkait dengan rendahnya cakupan penemuan tuberkulosis. metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif.  Hasil penelitian menunjukkan adanya berbagai faktor sosial budaya sebagai penyebab rendahnya cakupan penemuan kasus TB paru di Sumatera Barat.