ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN OBAT TUNGGAL PADA PASIEN GLAUKOMA PRIMER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT MATA DI KOTA BANDUNG

Rizki Siti Nurfitria, Akhmad Priyadi, Toto Nuryanto

Abstract


Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak. Lebih dari 66,8 juta orang di seluruh dunia menderita  glaukoma. Kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat permanen, atau irreversibel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat glaukoma tunggal yang paling cost-effective pada pasien glaukoma primer di rumah sakit mata di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan rancangan cross-sectional dari data rekam medik pasien rawat jalan pada periode Juli-September 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat yang paling banyak digunakan yaitu timolol 0,5% untuk diagnosis glaucoma sudut terbuka/POAG (48.72%) dan glaucoma sudut tertutup/PACG (80.95%). Obat yang memiliki efektivitas tertinggi yaitu timolol 0.5% untuk diagnosis POAG dengan efektivitas sebesar 35.41% dan untuk diagnosis PACG sebesar 20.78%. Latanaprost memiliki efektivitas terendah 10.52% untuk diagnosis POAG dan betaxolol 5.26% untuk diagnosis PACG. Obat yang paling cost-effective yaitu timolol untuk diagnosis POAG  dengan nilai Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) sebesar Rp. 1,779 dan PACG sebesar Rp. 3,032. Obat yang paling cost-effective berdasarkan ICER yaitu timolol 0.5% dengan nilai Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) sebesar Rp. 130 untuk diagnosis POAG dan Rp. 129 untuk diagnosis PACG.


Keywords


Obat Tunggal, Glaukoma primer, ACER, ICER

Full Text:

PDF

References


Andayani, TM., 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta, Bursa Ilmu

Artini, W. (2011). Glaukoma caused blindness with its characteristic in Cipto Mangunkusumo hospital. Jurnal Ofthalmologi Indonesia,7(5): 1

Chan, et al. (2014). Cost-effectiveness in the treatment of glaucoma. US Opthalmic Review 7 (2):131-6

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Dina, A. (2014). Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol maleat dan dorsolamid pasien glaukoma, Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Eva-Riordan P. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Eva RP, Whitcher PJ. Oftalmologi Umum (General Ophthalmology) Edisi 17.Jakarta : EGC . 2008.1-19

Illyas, Sidarta dan Yulianti, Sri Rahayu. (2012). Ilmu Penyakit Mata.FKUI. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Situasi dan analisis Glaukoma. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indnesia.

Shen, et al. (2008). The prevalence and types of glaucoma in Malay peope: the Singapore Malay eye study. Clinical and Epidemilogic Research vol.8:9

World Health Organization.(2007) Mangnitude and causes of visual impairment. WHO Media Centre.