Perancangan Program Peningkatan ‘Resilience’ pada Ibu yang Memiliki Anak Autisme
Abstract
peningkatan kualitas program penanganan bagi anak autisme di Indonesia.
Berbagai permasalah dalam pendidikan dan penanganan anak autisme menjadi
tantangan tersendiri bagi para orang tua untuk membantu mengembangkan potensi
anak autismenya. Orang tua terutama ibu dituntut untuk mampu menjadi pelopor
dalam memberikan intervensi agar kemampuan anak autisme menjadi optimal.
Pada kenyataannya, tidak semua ibu mampu melakukan hal tersebut. Pengalaman
ibu dalam mendampingi dan mengasuh anak autisme merupakan perubahan besar
dalam diri mereka. Penelitian menunjukkan ibu yang memiliki anak autisme
memiliki stres yang lebih besar dan penyesuaian diri yang sulit dibandingkan
dengan ibu yang memiliki anak dengan kesulitan fisik dan intelektual lainnya
(Pakenham et al., 2005; McGrath, 2006). Pada dasarnya, setiap individu mampu
untuk bangkit setelah mengalami perubahan besar dari berbagai keadaan yang
tidak menguntungkan, tanpa mengganggu keberfungsiannya sebagai individu
seperti semula. Daya balik ini disebut dengan resilience. Penelitian Sari dkk
(LPPM, 2011) menunjukkan bahwa program pelatihan terpadu berbasis impuls
control dan optimism telah dapat menggugah self awareness ibu anak autisme di
SLB Pelita Hafiz Bandung namun belum mampu meningkatkan resilience mereka.
Faktor keterbukaan, permasalahan emosi dan pendampingan (coaching) pada
subjek penelitian dalam melakukan keterampilan resilience menjadi hal yang
penting agar program peningkatan resilience dapat berhasil. Maka dari itu, melalui
makalah ini peneliti mencoba menawarkan perancangan program peningkatan
resilience melalui metode konseling dan pelatihan bagi ibu anak autisme.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Greenspan, S.T & Wieder, S.(2006).The Child with Special Needs (Anak Berkebutuhan
Khusus).(Terjemahan). Jakarta Penerbit Yayasan Ayo Main
Kirkpatrick,DL&Kirkpatrick, JD. (2006). Evaluating Training Programs, the four
level,3rd Edition. San Francisco : Beret-Koehler Publisher,Inc
Kompas cetak .( Sabtu, 26 April 2008). Menkes Janjikan Therapy Center Autis.
Diunduh tanggal 27 Maret 2009 dari http://www.kompas.com/read/xml
/2008/04/26/13202091/menkes.janjikan.therapy.center.auts
Kompas cetak (8 juni 2008). Boom autisme terus meningkat. Artikel di unduh
pada tanggal 27 Maret 2009 dari (http://www.kompas.com/read/xml/
/06/08/1739470/boom.autisme.terus.meningkat).
McGrath, P .(2006). Psycho-social Issues in Childhood Autism Rehabilitation: A
Review. International Journal of Psychosocial Rehabilitation. 11 (1), 29-36. Di
unduh dari http://www.psychosocial.com/IJPR_11/Psychosocial_ Issues_in_
Autism_McGrath.html
Mitchell, G. (1987). The Trainers Handbook : The AMA Guide to Effective Training,
New York : AMACOM
Purboyo.(2005). Jumlah Penderita Autis Melonjak Tajam. Diunduh pada tanggal 27
Maret 2009 pada www.pikiran-rakyat.com.
Reivich, Karen & Satte, Andrew. (2002). The Resilience Factor. Broadway Books: USA
Santrock, J.W. (2004). Life Span Development. University Of Texas. Dallas:
Wm.C.Brown Publisher
Sari, Yunita. Mardiawan, Oki. Prakoso, Hendro. (2010). Program Peningkatan
Resilience Pada Ibu Yang Memilik Anak Autis Di Bandung. Laporan Akhir
Penelitian Kajian Wanita. Kopertis Wil. IV.Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
Sari, Yunita. Mardiawan, Oki. Prakoso, Hendro.(2011). Efektivitas Program Peningkatan
Resilience Melalui Pelatihan Terpadu Yang Berbasis Impulse Control Dan
Optimism Pada Ibu Yang Memiliki Anak Autisme Di SLB Pelita Hafiz
Bandung. Laporan Akhir Penelitian Unggulan I. LPPM Unisba.
Truelave, S.(1996). The Handbooks of Training and Development. Oxford, BlackShine:
McGrew-Hill International.Ltd.
Walsh Froma. (2006). Strength Family Resilience. The Guilford Press: New York
Wenar. C.(1994). Developmental Psychopatology. From Infancy to Adolescence. Mc.
Graw Hill Inc. New York
Widodo, Tri. (2008). Penyesuaian Diri Ibu Yang Memiliki Anak Autis. Skripsi, Jurusan
Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang. Tidak diterbitkan.