“IMLEK†SEBAGAI PRANATA SOSIAL BAGI KERUKUNAN INTRA DAN ANTARETNIK TIONGHOA DI KABUPATEN GARUT
Abstract
Pemerintah RI hingga kini memberikan pelayanan kepada pemeluk agama
Buddha dan agama Konghucu, dengan Kepres No. 6 Th 2000. Namun hal tersebut
belum dapat dilaksanakan secara baik di masyarakat. Berdasar realitas peneliti
merumuskan masalah: Bagaimana kegiatan dan makna Imlek yang dirayakan oleh
masyarakat Tionghoa di Kabupaten Garut sebagai pranata bagi kerukunan intra
dan antar etnik Tionghoa. Objek penelitian yaitu Vihara Dharma Loka Garut.
Pendekatan penelitian kualitatif, dengan tekhnik pengambilan data sekunder dan
primer kemudian melalui langkah dokumentasi, observasi dan wawancara. Hasil
penelitian yaitu Imlek menjadi sarana silaturahmi, berbagi rizki antar dan intra
umat beragama. Pada perayaan Imlek terdapat prosesi ritual. Terdapat eklusivitas
pada masing-masing pemuka agama.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abdul Syukur, 2010, Keterlibatan Etnis Tionghoa dan Agama Buddha: Sebelum dan
Sesudah Reformasi 1998, dalam Setelah Air Mata Kering: Masyarakat
Tionghoa Pasca-Peristiwa Mei 1998, I. Wibowo dan Thung Ju Lan (Ed.),
Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Alfian Hamzah (Ed.), 1998, Kapok Jadi NonPri Warga Tionghoa Mencari Keadilan,
Bandung: Penerbit Zaman Wacana Mulia.
Michael Hubberman, and Matthew B. Miles, 1992, An Expanded Source Book:
Qualitative Data Analysis, Sage Publication.
A. Burhan Bungin, 2008, Sosiologi Komunikasi, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group.
Charles A. Coppel, 1994, Tionghoa Indonesia Dalam Krisis (terj.), Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Clifford Geertz, 1973, Religion As Cultural System, dalam The Interpretatiaon of
Cultures, New York.
Deddy Mulyana, 2009, Model-Model Interaksi Sosial dalam pengembangan kerukunan
beragama yang toleran, pluralistik, dan inklusif, Kemenag bekerjasama Uninus,
Laporan Seminar dan Lokakarya.
----------------------- , Komunikasi Antar Budaya, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Engkus Kuswarno, 2008, Metode Penelitian Komunikasi, Widya Padjadjaran